Selasa, 20 Januari 2009

Sepatu Bot di Negara Dua Musim


Bulan Januari tahun ini merupakan bulan yang basah di Indonesia. Hujan menemani kita sepanjang hari atau hanya sebatas membangunkan kita dengan deru dan derasnya. Sebagai dampaknya, kita bisa melihat di layar televisi atau pada bagian depan media massa: Banjir.

Awalnya, banjir merupakan salah satu bencana alam yang menimpa negara kita. Namun, sekarang, banjir seakan menjadi berita yang wajar dan santer terdengar ketika musim penghujan berkunjung.

Sebagai negara tropis, Indonesia mengenal dua musim: Kemarau dan Penghujan. Setelah musim kemarau panas yang membuat manusia-manusia ikut-ikutan “panas,” kini musim penghujan datang ditandai dengan awan gelap yang mengandung banyak air. Awan gelap seakan mengajak kita untuk wanti-wanti: “Aduh, nanti hujan ga, yah?” Wanti-wanti tersebut berubah menjadi sebuah aksi. Sejalan dengan peribahasa yang mengatakan: sedia payung, sebelum hujan. Banyak orang yang membawa benda yang satu itu di dalam tas tangan atau sekadar menjinjingnya.

Penjual payung pun seakan tidak mau kalah kuantitas dengan ojek payung dan sekonyong-konyong dapat ditemukan di mana-mana. Jenis payung pun beragam: dari yang berwarna basic—seperti hitam dan putih, berwarna cemerlang—seperti shocking pink dan hijau neon, hingga tidak berwarna atau transparan. Modelnya pun beragam dari yang bisa dilipat hingga yang panjang dan terlihat klasik. Aksesoris jenis ini menjadi pelengkap gaya saat musim penghujan datang.

Berbeda dengan payung, yang biasa kita temukan di musim penghujan, sepatu merupakan sandang yang kita butuhkan untuk beraktivitas pada musim apapun. Lapik atau pembungkus kaki yang tadinya dipergunakan hanya untuk menopang kegiatan kita, kini sudah bertambah fungsinya menjadi pelengkap gaya. Biasanya kita menyesuaikan sepatu yang kita gunakan dengan aktivitas yang kita lakukan atau musim yang sedang berjalan. Musim yang saya maksud dapat bermakna ganda. Pertama, musim yang berkaitan dengan cuaca, kedua musim yang berkaitan dengan tren. Sepatu menjadi pemaksimal gaya kita.

Tahun lalu, sepatu yang populer digunakan adalah sepatu yang berbahan karet. Sepatu jenis ini menjadi populer sebagai tiruan dan merk ternama yang ada di plaza-plaza terkenal. Bahan karet menjadi pilihan karena membuat pemakai tak perlu waktu lama untuk mengeringkannya setelah terkena genangan air. Cukup dengan bantuan tissue Paseo, cling! Kembali seperti baru beli.

Tahun ini, seperti musim yang sedang berlangsung di negara empat musim, sepatu bot* sedang naik daun. Sepatu bot muncul dengan berbagai bentuk. Dari ankle boots hingga knee-length boots. Sepatu bot biasanya digunakan di negara empat musim dengan maksud dapat menghangatkan kaki dari terpaan salju serta menambah gaya agar kaki semakin cantik melangkah.

Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, sepatu bot sedang digemari beberapa kalangan. Sepatu bot dapat menambah kesan kuat di kaki pemakainya hingga menutupi kekurangan si pemakai di bagian betis. Sering alas kaki jenis itu wara-wiri di tempat-tempat umum seperti plaza. Namun, tahukah Anda bila sepatu bot juga wara-wiri di musim penghujan?

Pada awalnya, sepatu bot hanya dipergunakan sesuai fungsi saja oleh para pekerja pabrik, satpam atau pekerja bus transjakarta. Namun, sepatu jenis ini juga diperhitungkan sebagai pelengkap gaya bagi para pengikut tren dunia. Mungkin, masih terdapat beberapa kalangan yang menganggap sepatu bot tidak pantas dikenakan di negara tropis. Bagi mereka, sepatu bot sama halnya dengan mantel bulu: tidak berguna digunakan di negara tropis seperti Indonesia. Namun, catatan yang perlu saya tambahkan adalah: ”negara Indonesia bukan hanya sebuah negara tropis, tetapi negara yang sering dirundung banjir.”

Kenyataan negara Indonesia sebagai ”negara tropis yang sering dirundung banjir,” membuat kita layak membuka hati pada item yang satu itu: Sepatu Bot. Selain sebagai pelengkap gaya tubuh bagian bawah, sepatu bot juga sah-sah saja digunakan di negara dua musim seperti Indonesia. Alasannya mudah saja: Mbaknya mau hasil pedicure ratusan ribu kemarin sore ternoda becekan di musim banjir—eh, musim hujan?

*christine evans—18januari2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar