when fashion meets passion, it will come altogether in your life for your love just like a little black word that fulfill your story
Jumat, 31 Juli 2009
The Very Bottom of My Career--a new Movie called "At The Very Bottom Of Everything"
Yess. I want to share with u guys, i've just done a project with Kinekuma Pictures. It's a production house (PH) for an independent movie that has bring 2 coolest movies ever. The first film called Kado Hari Jadi. It has been directed by Paul Agusta. The second one is At The Very Bottom of Everything (Di Dasar Segalanya) and directed by the same person. It's a good movie and i'm very happy to contribute my self in as wardrobe assistant. This movie is starring by: Kartika Jahja, Rifnu Wikana, Nadia Rachel, Azalea Vinny R, Bianca Timmerman, Primawan Luqman Hakim, Rainer Oktovianus, Keke Tumbuan, Tejo Aribowo, Devianto Oey dan Adityo. Some of them is a talented person. The story is about an illness called bipolar disorder. Never heard about it? So, watch this movie is a must! (am i too much promoted?). But, really, This is such a cool movie. You can see the trailer at http://vimeo.com/5419065. And, you'll know that i'm not lie!:)
Obsession of a Fashionlovers
It's been long time i'm not writting right here. Really miss to share about everything through many words. I promise as soon as i got my new job, i'll buy a new camera. So, that i can make my own pics, just for you. Yess, only for you. I did that promise because, i've just open a page of--maybe--my very on rival, and she just having a very (oh, i hate to say it) cool page (huh!). But, it just like a challenge to me and so i'll make my blog up--superfashionably. Believe me! I will. Oops.. I am doing on it right now.
Sabtu, 18 Juli 2009
Arti Sebuah Kesempurnaan
Beberapa hari yang lalu saya berkunjung ke rumah seorang teman. Diam-diam saya merasa ingin mempunyai hidup yang sama dengannya. Sama dengan halnya pepatah, "Rumput tetangga selalu kelihatan lebih hijau." Pepatah itu memang sering terjadi dalam kehidupan nyata banyak orang. Seringkali banyak yang merasa bahwa orang lain lebih beruntung darinya atau orang lain mempunyai kesempurnaan yang dia idam-idamkan selama ini. Benar. Banyak yang menyangka kehidupan yang lain adalah kehidupan yang sempurna. Sebagai contoh, teman saya ada yang berpendapat bahwa, "Agnes Monica itu sempurna yah! Cantik, pintar, berbakat, pintar pula." Atau artis dan public figure lainnya. Masalahnya, yang sering kita lihat adalah sesuatu yang positif dari orang tersebut (yaiyalah, masa iya ada orang yang hobi mengekspos kekurangan)--yah, meskipun banyak yang melakukan hal yang sebaliknya demi mendapatkan kepopuleran semata. Banyak orang yang tidak melihat sisi lain dari seseorang. Entah, itu sisi kesepiannya atau sisi yang kita punya, tetapi justru tidak mereka punyai.
Masalah ini sering dijadikan tema sebuah film atau cerita. Meskipun banyak orang yang merasa tema itu sudah ketinggalan zaman, tetap saja hal itu terjadi di kehidupan nyata. Seperti yang saya alami. Saya merasa kehidupan orang lain rasa-rasanya lebih indah dibanding hidup saya. Hal yang saya lakukan juga sama dengan yang orang lain lakukan, hanya memandang sekilas tanpa melihat lebih dalam lagi. Sempurna. Kata tersebut terdengar indah. Namun, hal yang perlu kita ketahui adalah: seperti kecantikan, "Perfect is in the eye of beholder." No one knows what the word "perfect" refers to. Yang semestinya kita lakukan adalah bersyukur dengan yang sudah ada dan meyakininya sebagai sebuah kesempurnaan yang dianugrahkan.
Masalah ini sering dijadikan tema sebuah film atau cerita. Meskipun banyak orang yang merasa tema itu sudah ketinggalan zaman, tetap saja hal itu terjadi di kehidupan nyata. Seperti yang saya alami. Saya merasa kehidupan orang lain rasa-rasanya lebih indah dibanding hidup saya. Hal yang saya lakukan juga sama dengan yang orang lain lakukan, hanya memandang sekilas tanpa melihat lebih dalam lagi. Sempurna. Kata tersebut terdengar indah. Namun, hal yang perlu kita ketahui adalah: seperti kecantikan, "Perfect is in the eye of beholder." No one knows what the word "perfect" refers to. Yang semestinya kita lakukan adalah bersyukur dengan yang sudah ada dan meyakininya sebagai sebuah kesempurnaan yang dianugrahkan.
Jumat, 17 Juli 2009
EUFORIA BULAN JUNI JULI
Arti kata euforia dalam bahasa Indonesia adalah ‘perasaan nyaman atau perasaan gembira yang berlebihan.’ Namun, pada kenyataannya kata tersebut justru merujuk pada arti ‘perhatian yang berlebihan pada sesuatu.’ Karena banyak orang yang menggunakan kata tersebut dengan maksud yang kedua. Begitu pun dalam tulisan ini saya ‘mengenakan’ “euforia” dengan maksud yang kedua. Pada bulan Juni dan Juli 2009 seakan-akan euforia terjadi membabi-buta. Sebut saja, Kembalinya Manohara, Bebasnya Prita. Kematian Michael Jackson, Kedatangan Klub Sepak Bola MU, Rencana Konser di Indonesia, hingga Bom di Jakarta.
Yang saya sebut terakhir menjadi topik hangat hari ini karena baru saja terjadi hari ini. Peristiwa yang pertama, Indonesia dikagetkan dengan adanya isu kekerasan yang dialami model bernamakan Manohara dan tiba-tiba orang yang disebut berhasil pulang. Lalu, tiba-tiba ada pula kasus seorang ibu yang dijebloskan ke dalam bui karena dituding mencemarkan nama baik sebuah rumah sakit. Lalu tak lama kemudian, muncul juga sebuah berita yang menggemparkan dunia. Seorang Raja Pop yang sudah lama tidak menunjukkan batang hidungnya dikabarkan meninggal. Setelah berita-berita dari ketiga orang tersebut mulai mereda, muncul lagi cerita-cerita akan hijrahnya beberapa orang yang digilai beberapa kalangan, seperti kedatangan klub sepak bola MU, konser Phoenix, konser MEW, dan konser-konser yang cukup terbilang “wah.” Kedua berita tersebut membawa angin positif bagi banyak orang, terutama orang-orang yang memang menunggu kedatangan mereka. Namun, tiba-tiba, saat semuanya terlihat aman terjadi peristiwa pengeboman di daerah yang padat oleh pekerja kantoran—juga penggila belanja.
Dampak langsung dari peristiwa yang saya sebut terakhir adalah anjloknya nama Jakarta sebagai tempat yang aman serta anjloknya juga nilai mata uang Indonesia (Rupiah). Banyak pula yang mengabarkan adanya bom susulan di daerah-daerah tertentu seperti di Pluit dan Jembatan Dua. Tak sedikit yang mengibarkan “bendera perang” kepada pelaku bom tersebut. Sumpah-serapah pun tak mau kalah hebat bermunculan, dari yang menggunakan kosakata kebun binatang, kosakata anonoh hingga kosakata sopan yang bernada pedas. Dari banyaknya peristiwa yang ada, sangat disayangkan 70% dari keseluruhannya merupakan peristiwa yang negatif atau dapat dikatakan peristiwa benar-salah atau hitam-putih.
Coba kita tengarai, peristiwa Manohara menampilkan dua kubu yang berseteru, peristiwa Prita juga memperlihatkan adanya pihak yang dirugikan, peristiwa MJ menuai adanya kontroversi antara benarkah MJ meninggal dengan tidak disengaja atau sebaliknya, peristiwa Bom? Sudah saya kupas lebih dalam sebelumnya. Dari keempat peristiwa yang terjadi pada bulan Juni dan Juli ini, keempatnya bak drama yang memperlihatkan tokoh antagonis dan protagonis. Sebagai penikmat media, entah media cetak atau yang bersifat on-line, kita hanya bisa menonton. Dan rasa-rasanya pasti banyak yang berharap mendapatkan katarsis dengan akhir si baik menang dan si jahat kalah. Banyak juga yang merasa orang yang jahat harus dihukum seberat-beratnya tanpa ampun. Hmm.. sayangnya, tidak banyak orang yang berpikir bahwa manusia tidak hanya berwatak hitam atau putih absolut. Manusia punya keduanya dan bisa mempergunakan keduanya semaksimal mungkin sekehendaknya. Jadi, menurut saya, bukan saatnya untuk menghakimi pihak yang ada dengan kedua warna yang bertentangan tersebut. Masalahnya, kebetulan saja si A sedang mengenakan warna hitam lebih banyak di tubuhnya atau sebaliknya.
Yang saya sebut terakhir menjadi topik hangat hari ini karena baru saja terjadi hari ini. Peristiwa yang pertama, Indonesia dikagetkan dengan adanya isu kekerasan yang dialami model bernamakan Manohara dan tiba-tiba orang yang disebut berhasil pulang. Lalu, tiba-tiba ada pula kasus seorang ibu yang dijebloskan ke dalam bui karena dituding mencemarkan nama baik sebuah rumah sakit. Lalu tak lama kemudian, muncul juga sebuah berita yang menggemparkan dunia. Seorang Raja Pop yang sudah lama tidak menunjukkan batang hidungnya dikabarkan meninggal. Setelah berita-berita dari ketiga orang tersebut mulai mereda, muncul lagi cerita-cerita akan hijrahnya beberapa orang yang digilai beberapa kalangan, seperti kedatangan klub sepak bola MU, konser Phoenix, konser MEW, dan konser-konser yang cukup terbilang “wah.” Kedua berita tersebut membawa angin positif bagi banyak orang, terutama orang-orang yang memang menunggu kedatangan mereka. Namun, tiba-tiba, saat semuanya terlihat aman terjadi peristiwa pengeboman di daerah yang padat oleh pekerja kantoran—juga penggila belanja.
Dampak langsung dari peristiwa yang saya sebut terakhir adalah anjloknya nama Jakarta sebagai tempat yang aman serta anjloknya juga nilai mata uang Indonesia (Rupiah). Banyak pula yang mengabarkan adanya bom susulan di daerah-daerah tertentu seperti di Pluit dan Jembatan Dua. Tak sedikit yang mengibarkan “bendera perang” kepada pelaku bom tersebut. Sumpah-serapah pun tak mau kalah hebat bermunculan, dari yang menggunakan kosakata kebun binatang, kosakata anonoh hingga kosakata sopan yang bernada pedas. Dari banyaknya peristiwa yang ada, sangat disayangkan 70% dari keseluruhannya merupakan peristiwa yang negatif atau dapat dikatakan peristiwa benar-salah atau hitam-putih.
Coba kita tengarai, peristiwa Manohara menampilkan dua kubu yang berseteru, peristiwa Prita juga memperlihatkan adanya pihak yang dirugikan, peristiwa MJ menuai adanya kontroversi antara benarkah MJ meninggal dengan tidak disengaja atau sebaliknya, peristiwa Bom? Sudah saya kupas lebih dalam sebelumnya. Dari keempat peristiwa yang terjadi pada bulan Juni dan Juli ini, keempatnya bak drama yang memperlihatkan tokoh antagonis dan protagonis. Sebagai penikmat media, entah media cetak atau yang bersifat on-line, kita hanya bisa menonton. Dan rasa-rasanya pasti banyak yang berharap mendapatkan katarsis dengan akhir si baik menang dan si jahat kalah. Banyak juga yang merasa orang yang jahat harus dihukum seberat-beratnya tanpa ampun. Hmm.. sayangnya, tidak banyak orang yang berpikir bahwa manusia tidak hanya berwatak hitam atau putih absolut. Manusia punya keduanya dan bisa mempergunakan keduanya semaksimal mungkin sekehendaknya. Jadi, menurut saya, bukan saatnya untuk menghakimi pihak yang ada dengan kedua warna yang bertentangan tersebut. Masalahnya, kebetulan saja si A sedang mengenakan warna hitam lebih banyak di tubuhnya atau sebaliknya.
Selasa, 14 Juli 2009
Bright Holiday!
Holiday's coming!
Rencanakan liburan yang seru dan penuh warna. Beruntungnya, kita tinggal di negara tropis, jadi musim panas selalu menanti. Liburan kali ini, coba kenakan pakaian mini yang penuh warna. Mau yang satu potong (one-piece) atau dua potong (two-piece), dari monokini hingga bikini menjadi kostum wajib untuk menemani liburan kali ini. Tak lupa kenakan lotion "anti-hitam" bila Anda tidak mau merubah warna kulit atau sebaliknya kenakan lotion tan untuk mendapat kulit berwarna yang sedang in musim ini.
Dengan mengenakan pakaian berwarna cerah, dijamin liburan pun tambah meriah. Selamat liburan!
Kamis, 09 Juli 2009
Disappointed
I really disappointed for what i have received this morning. In a very formal outfit, i was preparing for one of my big day. But, suddenly, there was a call. A call i never want to hear. "Cancel Call."
I don't know what a perfect reason for that "cancel call." One thing i know, i'm here. Feel so disappointed.
"Try again!" One of my friend say that. But, i don't know. I don't know. I don't know. I just feel it's unfair, but really i don't know what to do and what to say.
I don't know what a perfect reason for that "cancel call." One thing i know, i'm here. Feel so disappointed.
"Try again!" One of my friend say that. But, i don't know. I don't know. I don't know. I just feel it's unfair, but really i don't know what to do and what to say.
Rabu, 08 Juli 2009
L'anniversaire de Mon Frere..
L'anniversaire de Mon Frere or My Brother's Birthday, is today. This morning he just went to his office just as he always did. Hmm.. we (my little sister, my father, and me) Didn't say anything (even, saying "happy birthday") to him. Really disapointed. :(. Is it just me that know today's his birthday? I don't buy any gift yet. Huhu.. Sorry Brother.. I'll buy it today! Promise!
Men Style in Women Magazine
Lagi-lagi dari majalah ELLE France edisi Juni. Edisi ini juga menampilkan lembaran gaya laki-laki yang inspirasinya dari berbagai artis internasional. Ada juga bagian-bagian yang memperlihatkan gaya jalanan--street wear--yang dapat rapih, manis, atau pun terkesan garang. Bagi yang belum sempat baca, saya berikan foto-fotonya di dalam blog ini. Selamat melihat gaya laki-laki di majalah perempuan!;)
Perempuan Kelaki-lakian
Pada majalah ELLE France edisi Juni, ada beberapa fashion spread yang sangat menarik mata saya. Di dalamnya terdapat model dengan wajah mirip Agyness Deyn, tetapi dengan mata lebih tajam. Cantik. Tapi juga terlihat maskulin.
Beberapa gambar saya scan untuk memperkaya tulisan ini. Yang pasti si cantik-maskulin ini mampu mewakilkan gaya androginy atau unisex yang termaktub di dalam gaya yang ditampilkan. Coba saja lihat dan berikan pendapat sendiri.
Beberapa gambar saya scan untuk memperkaya tulisan ini. Yang pasti si cantik-maskulin ini mampu mewakilkan gaya androginy atau unisex yang termaktub di dalam gaya yang ditampilkan. Coba saja lihat dan berikan pendapat sendiri.
Put My Very Own Photos
I really want to put my very own photos, to enrich my blog. Sayangnya, belum ada foto-foto yang bagus dan pantes (bikinan sendiri) dimasukkan ke dalam blog ini. Pengen deh punya blog seperti Garance Dore. Foto-fotonya keren. Tapi, sekarang, mumpung belum ada foto yang memadai, aku masukin foto bikinan dari polyvore atau dari majalah yang aku baca. Well, hope u'll enjoy it! ;)
Selasa, 07 Juli 2009
Menyontreng untuk Masa Depan
Baru saja saya kembali dari Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang letaknya sekitar 5 meter dari rumah saya. Hmm.. saat saya dan orang tua saya datang, TPSnya sudah sepi. Jadi saya dan orang tua langsung menyontreng. Agak bingung sebelumnya, pilih yang mana yah?
Beberapa waktu yang lalu ada lagu yang dibawakan oleh grup band Coklat yang isinya menyoal Pemilu. Disebutkan bahwa lima menit di dalam bilik suara menentukan masa depan Indonesia selama lima tahun! Hei.. saya cuma lima detik loh di bilik suara! Menyontreng pilihan saya, lalu mencelupkan jari kelingking dan voila! selesai.
Pemilu kali ini, kali pertama buat saya. Mudah-mudahan pilihan saya benar dan dapat meLanjutkan Indonesia dengan Lebih Cepat Lebih Baik yang Pro Rakyat. hehe..
Setelah lima detik di bilik dan memasukkan surat suara ke dalam kotak suara, saya malah lebih tertarik dengan misteri hantu MJ di Neverland. Coba dalam surat suara saya ada pilihan untuk MJ, pasti saya tidak sempat bingung dan langsung pilih dia.
Beberapa waktu yang lalu ada lagu yang dibawakan oleh grup band Coklat yang isinya menyoal Pemilu. Disebutkan bahwa lima menit di dalam bilik suara menentukan masa depan Indonesia selama lima tahun! Hei.. saya cuma lima detik loh di bilik suara! Menyontreng pilihan saya, lalu mencelupkan jari kelingking dan voila! selesai.
Pemilu kali ini, kali pertama buat saya. Mudah-mudahan pilihan saya benar dan dapat meLanjutkan Indonesia dengan Lebih Cepat Lebih Baik yang Pro Rakyat. hehe..
Setelah lima detik di bilik dan memasukkan surat suara ke dalam kotak suara, saya malah lebih tertarik dengan misteri hantu MJ di Neverland. Coba dalam surat suara saya ada pilihan untuk MJ, pasti saya tidak sempat bingung dan langsung pilih dia.
Jumat, 03 Juli 2009
BINCANG-BINCANG KACAMATA DAN TELEPON GENGGAM
Beberapa waktu yang lalu, saya menemukan seorang pengamen yang memakai kacamata. Umurnya kira-kira 20 tahunan. Dia bersama kedua temannya menyanyikan beberapa lagu dari kelompok musik Indonesia yang belakangan kian menjamur—sampai-sampai saya tidak ingat lagi nama-nama mereka. Temannya yang satu memainkan alat musik pukul yang nampaknya buatan sendiri yang dijadikan alih-alih genderang, sedangkan yang satunya memainkan alat musik petik, gitar, yang terlihat kusam. Yang membuat saya tertarik adalah si pendendang atau bahasa bekennya vokalis yang mengenakan alat bantu melihat atau kacamata.
Kacamata, meskipun sudah ditemukan sejak beratus-ratus tahun yang lalu, sangat jarang digunakan oleh beberapa kalangan. Sepenglihatan saya, kacamata sering diidentikan dengan kesan intelek, kutu buku, atau memang sebagai penutup kekurangan seseorang pada bagian mata (maksud saya dikenakan tuna netra). Pengidentifikasian tersebutlah yang membuat beberapa kalangan tidak mengenakannya karena tidak butuh atau karena merasa tidak pantas. Padahal, kacamata sebenarnya memang diciptakan sebagai alat bantu melihat bagi orang-orang yang memiliki kekurangan dalam hal melihat jauh (rabun jauh) atau melihat dekat (rabun dekat). Seharusnya, berdasarkan fungsi tersebut, kacamata menjadi sebuah kebutuhan bagi yang membutuhkannya.
Namun, hal yang terjadi justru sebaliknya. Seakan-akan kacamata adalah barang mahal atau barang yang tidak diprioritaskan. Bagi beberapa orang, lebih baik hidup dengan mata rabun dari pada membeli kacamata. Kacamata seakan-akan menunjukkan strata seseorang yang mengenakannya. Coba saja hitung berapa banyak orang yang berkerja kantoran yang mengenakan kacamata? Lalu, bandingkan dengan jumlah orang yang bekerja sebagai pembantu yang mengenakan kacamata. Sudah dapat dipastikan, jumlah orang yang bekerja kantoran yang mengenakan kacamata akan lebih banyak dibandingkan jumlah pembantu yang mengenakan kacamata.
Hal yang berbeda terjadi dari kasus telepon genggam. Telepon genggam atau yang dikenal sebagai hape atau henpon, sudah menjamur dimana-mana. Saya dapat dengan mudah melihat penjual asongan yang menyediakan pesan antar dari nomer telepon genggamnya. Tidak sedikit pula orang yang memiliki telepon genggam lebih dari satu. Alasannya, agar lebih murah, jadi punya CDMA dan GSM. Hal tersebut membuat banyak operator telepon genggam dan merek telepon genggam bersaing harga dan promosi. Dari yang harganya selangit hingga yang harganya irit, dari yang hanya bisa mengirim pesan hingga yang bisa nonton televisi.
Hal tersebut memperlihatkan adanya perubahan prioritas kebutuhan. Telepon genggam ibaratnya ‘naik kelas’ menjadi prioritas pertama. Padahal, bila kita lihat fungsinya, telepon genggam hanya berfungsi sebagai alat komunikasi saat kita jauh dari telepon yang menggunakan kabel. Selain itu, telepon genggam tidak berfungsi sebagai alat bantu manusia dari kekurangan yang dimilikinya (maksud saya seperti kacamata). Yang membingungkan justru mengapa telepon genggam lebih populer dibandingkan kacamata, padahal yang seharusnya lebih dibutuhkan adalah kacamata—lagi-lagi saya tekankan: bagi orang yang membutuhkannya. Tapi, apakah orang-orang yang membutuhkannya akan lebih memilih membeli kacamata dibandingkan telepon genggam?
Kacamata, meskipun sudah ditemukan sejak beratus-ratus tahun yang lalu, sangat jarang digunakan oleh beberapa kalangan. Sepenglihatan saya, kacamata sering diidentikan dengan kesan intelek, kutu buku, atau memang sebagai penutup kekurangan seseorang pada bagian mata (maksud saya dikenakan tuna netra). Pengidentifikasian tersebutlah yang membuat beberapa kalangan tidak mengenakannya karena tidak butuh atau karena merasa tidak pantas. Padahal, kacamata sebenarnya memang diciptakan sebagai alat bantu melihat bagi orang-orang yang memiliki kekurangan dalam hal melihat jauh (rabun jauh) atau melihat dekat (rabun dekat). Seharusnya, berdasarkan fungsi tersebut, kacamata menjadi sebuah kebutuhan bagi yang membutuhkannya.
Namun, hal yang terjadi justru sebaliknya. Seakan-akan kacamata adalah barang mahal atau barang yang tidak diprioritaskan. Bagi beberapa orang, lebih baik hidup dengan mata rabun dari pada membeli kacamata. Kacamata seakan-akan menunjukkan strata seseorang yang mengenakannya. Coba saja hitung berapa banyak orang yang berkerja kantoran yang mengenakan kacamata? Lalu, bandingkan dengan jumlah orang yang bekerja sebagai pembantu yang mengenakan kacamata. Sudah dapat dipastikan, jumlah orang yang bekerja kantoran yang mengenakan kacamata akan lebih banyak dibandingkan jumlah pembantu yang mengenakan kacamata.
Hal yang berbeda terjadi dari kasus telepon genggam. Telepon genggam atau yang dikenal sebagai hape atau henpon, sudah menjamur dimana-mana. Saya dapat dengan mudah melihat penjual asongan yang menyediakan pesan antar dari nomer telepon genggamnya. Tidak sedikit pula orang yang memiliki telepon genggam lebih dari satu. Alasannya, agar lebih murah, jadi punya CDMA dan GSM. Hal tersebut membuat banyak operator telepon genggam dan merek telepon genggam bersaing harga dan promosi. Dari yang harganya selangit hingga yang harganya irit, dari yang hanya bisa mengirim pesan hingga yang bisa nonton televisi.
Hal tersebut memperlihatkan adanya perubahan prioritas kebutuhan. Telepon genggam ibaratnya ‘naik kelas’ menjadi prioritas pertama. Padahal, bila kita lihat fungsinya, telepon genggam hanya berfungsi sebagai alat komunikasi saat kita jauh dari telepon yang menggunakan kabel. Selain itu, telepon genggam tidak berfungsi sebagai alat bantu manusia dari kekurangan yang dimilikinya (maksud saya seperti kacamata). Yang membingungkan justru mengapa telepon genggam lebih populer dibandingkan kacamata, padahal yang seharusnya lebih dibutuhkan adalah kacamata—lagi-lagi saya tekankan: bagi orang yang membutuhkannya. Tapi, apakah orang-orang yang membutuhkannya akan lebih memilih membeli kacamata dibandingkan telepon genggam?
Langganan:
Postingan (Atom)