Arti kata euforia dalam bahasa Indonesia adalah ‘perasaan nyaman atau perasaan gembira yang berlebihan.’ Namun, pada kenyataannya kata tersebut justru merujuk pada arti ‘perhatian yang berlebihan pada sesuatu.’ Karena banyak orang yang menggunakan kata tersebut dengan maksud yang kedua. Begitu pun dalam tulisan ini saya ‘mengenakan’ “euforia” dengan maksud yang kedua. Pada bulan Juni dan Juli 2009 seakan-akan euforia terjadi membabi-buta. Sebut saja, Kembalinya Manohara, Bebasnya Prita. Kematian Michael Jackson, Kedatangan Klub Sepak Bola MU, Rencana Konser di Indonesia, hingga Bom di Jakarta.
Yang saya sebut terakhir menjadi topik hangat hari ini karena baru saja terjadi hari ini. Peristiwa yang pertama, Indonesia dikagetkan dengan adanya isu kekerasan yang dialami model bernamakan Manohara dan tiba-tiba orang yang disebut berhasil pulang. Lalu, tiba-tiba ada pula kasus seorang ibu yang dijebloskan ke dalam bui karena dituding mencemarkan nama baik sebuah rumah sakit. Lalu tak lama kemudian, muncul juga sebuah berita yang menggemparkan dunia. Seorang Raja Pop yang sudah lama tidak menunjukkan batang hidungnya dikabarkan meninggal. Setelah berita-berita dari ketiga orang tersebut mulai mereda, muncul lagi cerita-cerita akan hijrahnya beberapa orang yang digilai beberapa kalangan, seperti kedatangan klub sepak bola MU, konser Phoenix, konser MEW, dan konser-konser yang cukup terbilang “wah.” Kedua berita tersebut membawa angin positif bagi banyak orang, terutama orang-orang yang memang menunggu kedatangan mereka. Namun, tiba-tiba, saat semuanya terlihat aman terjadi peristiwa pengeboman di daerah yang padat oleh pekerja kantoran—juga penggila belanja.
Dampak langsung dari peristiwa yang saya sebut terakhir adalah anjloknya nama Jakarta sebagai tempat yang aman serta anjloknya juga nilai mata uang Indonesia (Rupiah). Banyak pula yang mengabarkan adanya bom susulan di daerah-daerah tertentu seperti di Pluit dan Jembatan Dua. Tak sedikit yang mengibarkan “bendera perang” kepada pelaku bom tersebut. Sumpah-serapah pun tak mau kalah hebat bermunculan, dari yang menggunakan kosakata kebun binatang, kosakata anonoh hingga kosakata sopan yang bernada pedas. Dari banyaknya peristiwa yang ada, sangat disayangkan 70% dari keseluruhannya merupakan peristiwa yang negatif atau dapat dikatakan peristiwa benar-salah atau hitam-putih.
Coba kita tengarai, peristiwa Manohara menampilkan dua kubu yang berseteru, peristiwa Prita juga memperlihatkan adanya pihak yang dirugikan, peristiwa MJ menuai adanya kontroversi antara benarkah MJ meninggal dengan tidak disengaja atau sebaliknya, peristiwa Bom? Sudah saya kupas lebih dalam sebelumnya. Dari keempat peristiwa yang terjadi pada bulan Juni dan Juli ini, keempatnya bak drama yang memperlihatkan tokoh antagonis dan protagonis. Sebagai penikmat media, entah media cetak atau yang bersifat on-line, kita hanya bisa menonton. Dan rasa-rasanya pasti banyak yang berharap mendapatkan katarsis dengan akhir si baik menang dan si jahat kalah. Banyak juga yang merasa orang yang jahat harus dihukum seberat-beratnya tanpa ampun. Hmm.. sayangnya, tidak banyak orang yang berpikir bahwa manusia tidak hanya berwatak hitam atau putih absolut. Manusia punya keduanya dan bisa mempergunakan keduanya semaksimal mungkin sekehendaknya. Jadi, menurut saya, bukan saatnya untuk menghakimi pihak yang ada dengan kedua warna yang bertentangan tersebut. Masalahnya, kebetulan saja si A sedang mengenakan warna hitam lebih banyak di tubuhnya atau sebaliknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar